Kelembutan seorang pemuda jelas dibutuhkan, tidak hanya oleh tetangganya, temannya, keluarganya, tetapi kelemah-lembutan tutur kata yang sopan dibutuhkan oleh bangsa. Bagaimana tidak? Kekerasan hati seseorang, baru bisa terobati jika ia mendengar mauidhotul hasanah dari kelembutan dan kehalusan tutur kata seorang da’i. berprofesi sebagai penda’I sangat dihormati, disegani, dimulyakan dan dijunjung tinggi oleh masyarakat. Penda’I jelas mampu mengangkat harkat dan martabat seorang.
Berprofesi sebagai penda’I tidak lepas dari semangat untuk meluruskan moral dan akhlak ummat. Ia terpanggil untuk ikut beramar makruf dan nahi mungkar. Kenyataannya dalam berdakwah yang penuh dengan kesulitan bagi para pemuda tidak membuatnya patah semangat. Keinginan untuk menjadi pemuda pilihan ditengah-tengah komonitas agamanya dan ikut berjuang untuk memberantas kemungkaran, kebatilan dan menjadikan ia bertekat dan pantang mundur (Never Give Up).
Walaupun yang namanya berdakwah, pasti mempunyai tantangan yang tidak gampang dilewati, banyak masalah yang harus dihadapinya. Karena sejak zaman dahulu yang namanya memberantas kemungkaran, kebatilan, kemaksiatan dan menyuruhnya untuk berbuat kebaikan adalah tidak mudah (sulit), dan bahkan ada yang terbunuh, karena tiada kesukaan orang non muslim melihat orang muslim yang berbeda keyakinan dengan mereka. Karena bagaimanapun ini adalah kewajiban kita sebagai orang islam, apalagi untuk para pemuda penerus perjuangan untuk menjadi seorang da’i. Allah berfirman dalam kitab Al-Qur’an, yang artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pengjaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu, Dialah yang lebih mengeatahui sipa yang sesat dari jalanNya. Dan dialah yang lebih menetahui siapa yang mendapat petunjuk”. (Qs. An-Nahl : 125)
Pemuda muslim yang hidup pada zaman Rosulullah Saw. Mereka merupakan para penda’i yang sejati. Akan tetapi dakwah pada zaman Rosulullah tidak sama dengan dakwah di zaman sekarang, yang berdiri dihadapan orang banyak untuk menyampaikan ceramah. Memberikan mauidhoh hasanah setelah itu menerima imbalan uang atas dakwahnya tersebut, sedangkan para penda’I muda zaman dulu dengan bersungguh-sungguh atas menggapai perestasi dakwahnya dalam membela dan mengembangkan agama islam. Namun pada zaman yang sedang kita jalani sekarang ini kemungkaran dan kemksiatan bukan menjadi hal yang rahasia lagi. sepanjang tubuh kita berdiri, maka tampak dari segala arah penjuru kemaksiatan yang meraja lela, inilah tantangan kekuatan iman kita.
Pemuda adalah penerus perjuangan, untuk itu, jangan pernah kita meremehkan seorang pemuda dalam keadaan tertentu. Pemuda yang berakhlah mulia, tekun imannya maka ia akan senantiasa menggantungkan dirinya dan hatinya hanya kepada Allah Swt.untuk sselalu beramar makruf dan nahi mungkar. sejarah Islam telah banyak menguak para teladan sejati yang patut kita contoh, salah satunya adalah seorang wanita yang bernama Ummu Sulaim bin Milhan “dalam keadaan hamil sembilan bulan, dia ikut mengangkat senjata untuk memberangus kekafiran dan kemusyrikan, dia pun tidk ketinggalan dan tidk sungkan-sungkan ambil senjata dan ikut berperang. Ada pul sahabat wanita yang begitu gigihny melindungi keselamatan Rosullah Saw.hingga dalam dirinya terdapat puluhan bekas luka akibat tusukan pedang, tombak dan hujaman anak panah”.
Inilah kisah pahlawan-pahlawan wanita yang rela mengorbankn nyawanya demi ikut beramar makruf nahi mungkar, modal mereka adalah keberanian, tekat dan ridho dari Allah Swt. sungguh mengharukan kisah tersebut yang tidak kalah saing dengan seorang laki-laki yang ikut beramar makruf dan nahi mungkar. dalam hal ini Allah Swt. tidk melarang kaum hawa dan tidak pula dikuhususkan bagi kaum adam yang boleh beramar makruf dan nahi mungkar. Allah berfirman dalam al-quran yang artinya;
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan. Sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan RosulNya. Mereka akan diberi oleh Allah, sesungguhnya Allah maha perkasa”. (Qs. At-taubah ; 71).
Pada dasarnya tidak semua dakwah harus dilakukan dengan cara berceramah. Dengan berdiri diatas mimbar lalu menyampaikan kebenaran. Tetapi seseorang juga bisa menjadi pemuda yang bermartabat jika ia memulai dakwahnya dengan memperbaiki diri sendiri dan keluarganya. Karena yang pertama yang harus diperangi adalah nafsu syetan yang senantiasa mennganggu kita, tak terkecuali bagi penda’I yang suka berceramah, dia harus memulai ceramahnya dengan dirinya sendiri sebelum menceramahi orang lain.
Seorang pemuda juga merupakan sosok yang memungkinkan melakukan dakwah yang memulai dari dirinya sendiri(from selfes). Maksudnya dia harus memberi contoh dengan apa yang dilakukannya. Misalnya berpakaian muslim,bertingkah laku baik,bertutur kata yang sopan,lembut,jujur,dan sebagainya yang bisa di contoh dan bisa dijadikan acuan akhlaq orang lain. Maka itu sudah ikut ber-amar makruf nahi mungkar.meskipun tidak dilakukan dengan cara berdakwah. Dan bagi yang berdakwah dengan memulai dari dirinya sendiri tidak kalah hebatnya ia di mata allah swt.
Jelaslah bahwa kewajiban menegakkan amar makruf nahi mungkar adalah merupakan tanggung jawab kita bersama-sama sebagai orang islam. Dan dengan tanggung jawab dan amanat itu, keduanya dengan cara apapun diharapkan dapat membangun dunia ini serta untuk beribadah kepada Allah swt.
Jangan berkecil hati bagi orang yang tidak bisa memberantas kebatilan, kemungkaran yang ada di depan mata, dengan menggunakan tenaga (tangannya), dan lisannya, cukuplah dia menjaga dirinya sendiri, hatinya agar tidak ikut arus pada kemungkaran tersebut. Rosulullah bersabda yang artinya:
“barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran maka hendaknya melarang dengan tenaganya (tangannya), bila tangannya tidak mampu, dengan lisannya , dan bila tidak mampu cukup dengan hatinya.(HR,Muslim).”
Dengan demikian untuk ber-amar makruf nahi mungkar,tidak perlu angkat senjata. Jika seseorang tidk mampu mencegh dengan tenganya maka cukup dengan lisannya, dan jika lisan lebih mampu untuk menceghnya maka tidak usah lagi dengan tenaganya, cukuplah lisan yang memberikan kesadaran kepada orang-orang yang sudah terbiasa melakoni kemungkaran.
Inilah kiprah seorang Da’I, juru dakwah yang peduli dengan terselamatnya moral ummat. Di dunia ini mereka mendaptkan kemuliaan dan iapun juga akan menggapainya di akhirat kelak. Jika demikian, maka seorang da’I muda akan mendapatkan tempat dimata kaumnya, yaitu selama mereka mampu menjadi seorang da’I muda yang baik serta Ikhlas bermal dijalan-Nya.(*)
Ruslan efendi Tim Redaksi NA